Komite Normalisasi (KN) telah mengumumkan hasil verifikasi bakal calon yang maju pada pemilihan pengurus PSSI 2011-2015. Ketua KN, Agum Gumelar meminta semua pihak menerimanya dengan lapang dada.
"Keputusan ini tidak akan menyenangkan dan memuaskan semua pihak. Tapi saya berharap yang tidak puas, bisa menerima dengan lapang dada, jiwa besar dan tidak emosi," kata Agum dalam jumpa pers di Jakarta, Jumat, 29 April 2011.
Siang tadi, KN telah mengumumkan hasil verifikasi terhadap bakal calon yang sudah dilakukan pada 27-29 April lalu. Salah satu keputusannya adalah menolak berkas pencalonan George Toisutta dan Arifin Panigoro.
Kedua kandidat ini sempat menimbulkan pro dan kontra di kalangan anggota KN. Sebagian menilai keduanya layak maju meski sudah dilarang oleh FIFA, namun anggota lainnya termasuk Agum bersikap sebaliknya.
Agum membenarkan pengambilan keputusan memang melalui proses panjang dan alot. Silang pendapat di antara anggota KN bahkan sempat membuat sidang pleno yang digelar di Hotel Darmawangsa deadlock.
"Tapi tetap dalam batas kekeluargaan yang pada akhirnya, seluruh anggota Komite dapat menyamakan visi untuk mengedepankan kepentingan bangsa dibanding kepentingan golongan," tambah Agum.
Lebih lanjut Agum mengatakan, keputusan KN menolak pencalonan Arifin dan Toisutta terpaksa diambil untuk menghindarkan Indonesia dari sanksi FIFA. Pasalnya, kedua kandidat tersebut sebelumnya telah dilarang FIFA.
"Satu hal yang paling dicegah adalah sanksi kepada PSSI. Kalau kena sanksi, maka ini beban yang cukup berat dan membuat masa depan sepakbola Indonesia suram," kata Agum.
Salah Sasaran
Sebelumnya KN telah mendapat kecaman dari pemilik suara PSSI yang tergabung dalam Kelompok 78. Mereka menganggap keputusan FIFA melarang kedua kandidat tersebut tidak memiliki dasar yang kuat.
Karena itu, Kelompok 78 meminta agar KN meloloskan keduanya. Agum yang dianggap terlalu tunduk pada keputusan FIFA pun diminta mundur dari jabatannya. Bila tidak, Kelompok 78 mengancam akan melengserkannya.
Menanggapi hal ini, Agum menilai Kelompok 78 salah sasaran. Pasalnya, KN menurut Agum hanya mengacu pada keputusan FIFA.
"Jadi, jangan melampiaskan ketidakpuasan kepada Komite Normalisasi, tapi kepada FIFA," tegas Agum dalam jumpa pers di kantor PSSI.
Agum mengatakan, pihaknya sudah berusaha memperjuangkan harapan dari para pemilik suara. "Saya mengupayakan ke Zurich (temui Presiden FIFA) untuk memperjuangkan semua calon untuk dapat lolos, terutama George Toisutta. Karena saya tidak melihat kesalahan Toisutta," jelas Agum.
Agum menuturkan, bukti perjuangannya adalah, Presiden FIFA, Sepp Blatter sempat meminta waktu satu hari untuk mempertimbangkan masukan dari Agum. Meski hasilnya ternyata tidak sesuai yang diharapkan.
"Saya sudah memperjuangkan keras. Kalau saya tidak berjuang, mengapa sampai Sepp Blatter meminta satu hari untuk mempertimbangkan keputusan yang akan diambil," pungkas Agum. (sj)
Karena itu, Kelompok 78 meminta agar KN meloloskan keduanya. Agum yang dianggap terlalu tunduk pada keputusan FIFA pun diminta mundur dari jabatannya. Bila tidak, Kelompok 78 mengancam akan melengserkannya.
Menanggapi hal ini, Agum menilai Kelompok 78 salah sasaran. Pasalnya, KN menurut Agum hanya mengacu pada keputusan FIFA.
"Jadi, jangan melampiaskan ketidakpuasan kepada Komite Normalisasi, tapi kepada FIFA," tegas Agum dalam jumpa pers di kantor PSSI.
Agum mengatakan, pihaknya sudah berusaha memperjuangkan harapan dari para pemilik suara. "Saya mengupayakan ke Zurich (temui Presiden FIFA) untuk memperjuangkan semua calon untuk dapat lolos, terutama George Toisutta. Karena saya tidak melihat kesalahan Toisutta," jelas Agum.
Agum menuturkan, bukti perjuangannya adalah, Presiden FIFA, Sepp Blatter sempat meminta waktu satu hari untuk mempertimbangkan masukan dari Agum. Meski hasilnya ternyata tidak sesuai yang diharapkan.
"Saya sudah memperjuangkan keras. Kalau saya tidak berjuang, mengapa sampai Sepp Blatter meminta satu hari untuk mempertimbangkan keputusan yang akan diambil," pungkas Agum. (sj)
• VIVAnews.com
0 komentar:
Post a Comment