Dalang teror bom buku dan rencana bom di Serpong, Tangerang, Pepi Fernando, diduga merupakan salah satu anggota Negara Islam Indonesia yang mengalami cuci otak dan menjadi terorisme. Peneliti terorisme International Crisis Group (ICG), Sidney Jones, membantah dugaan ini. Menurut Sidney, cuci otak dan terorisme merupakan dua sisi yang berbeda. Apalagi, ia mensinyalir Negara Islam Indonesia memiliki banyak faksi dengan aksi yang berbeda-beda. Pepi diduga termasuk dalam Faksi Tahmir yang bergerak di terorisme. Berbeda dengan Faksi Abu Toto atau Panji Gumilang.
"Tidak ada satu NII, ada banyak. Kalau Pepi yang katanya direkrut oleh NII, tidak ada hubungan dengan KW 9. Faksinya berbeda. Jangan gabungkan cuci otak dengan terorisme karena berbeda," ujar Sidney Jones saat menghadiri pengajian di Gedung PP Muhammadiyah, Kamis malam (28/04/2011).
Menurut dia, untuk pemberitaan mengenai mahasiswa yang menjadi korban penculikan dan cuci otak itu dilakukan oleh Negara Islam Indonesia, Komandemen Wilayah 9 yang dipimpin oleh Abu Toto atau Panji Gumilang. Faksi Abu Toto ini tidak bergerak di bidang terorisme, tetapi melakukan penipuan untuk mengumpulkan dana. Apalagi, KW 9 juga dianggap sedang mengalami kesulitan finansial.
"Kalau di media ada berita anak-anak kena cuci otak, cari uang, dan sebagainya, semua peristiwa itu dikaitkan ke KW 9 yang dipimpin Panji Gumilang," imbuh Sidney.
Seperti yang diketahui, nama Pepi disebut-sebut masuk dalam Negara Islam Indonesia di Banten, yang diduga merupakan salah satu jaringan terorisme. Meskipun ia kemudian membentuk jaringannya sendiri dalam melakukan aksi bom buku dan rencana bom di Serpong.
Namun, Pepi juga diduga terlibat dalam KW 9 setelah dalam penggeledahan di rumah mertuanya di Bekasi terdapat beberapa buku yang di antaranya menjelaskan tentang NII KW9 yang berjudul Sepak Terjang NII KW9 dan Abu Toto Menyelewengkan NII Pasca Kartosuwiryo dan beberapa buku jihad lainnya. Source : kompas.com
0 komentar:
Post a Comment